Jumat, 27 Juli 2012

Kebiasaan Makan Ikan Terbukti Cegah Kanker Pankreas

detikcom - Jakarta, Membahas
manfaat dari kebiasaan makan ikan
seolah tidak ada habisnya, sebab
makanan ini memang banyak
kandungan nutrisinya. Termasuk
selenium, yang menurut penelitian
terbaru bisa mengurangi risiko kanker
pankreas sebanyak 67 persen.
Sebuah penelitian di University of
East Anglia membuktikan, asupan
selenium yang cukup bisa
mengurangi risiko kanker pankreas.
Karena itu, ikan dan kacang-kacangan
yang merupakan sumber utama
selenium dalam makanan sehari-hari,
bisa mencegah penyakit tersebut.
Diyakini, senyawa selenium yang
terkandung dalam kedua jenis
makanan tersebut merupakan
antioksidan yang efektif menangkan
radikal bebas penyebab kanker.
Diyakini pula, temuan ini akan
mencegah 1 dari 12 diagnosis kanker
pankreas baru tiap tahun.
Kanker pankreas sendiri merupakan
jenis kanker yang jumlah kasusnya
makin meningkat, mencapai 7.500
kasus baru setiap tahjunnya. Tingkat
kesembuhannya tergolong rendah,
hanya 3 persen yang bertahan hidup
dalam 5 tahun semenjak
mendapatkan diagnosis.
Dalam penelitian kali ini, para
ilmuwan mengamati 24.000
partisipan laki-laki maupun
perempuan dengan rentang usia
40-74 tahun. Kebiasaan makan para
partisipan dipantau selama
seminggu, termasuk jenis makanan
dan bagaimana cara pengolahannya.
Hasilnya menunjukkan bahwa 25
persen partisipan yang paling banyak
mengonsumsi ikan dan kacang-
kacangan punya risiko kanker
pankreas yang lebih rendah
dibandingkan dengan 25 persen
dengan konsumsi terendah.
Perbedaannya cukup jauh, yakni 67
persen.
"Jika hubungan sebab-akibat ini bisa
dikonfirmasi lagi dalam studi
epidemologis, maka rekomendasi diet
berdasarkan populasi bisa
membantu mencegah kanker
pankreas," tulis para ilmuwan dalam
laporannya di jurnal Gut, seperti
dikutip dari Telegraph,

Rabu, 25 Juli 2012

Berbuka Dg Yang Manis Itu Merusak Kesehatan

JAKARTA, KOMPAS.com -
Berbukalah dengan yang manis,
sering disampaikan, bahkan ada
yang memandangnya ini sunnah
Nabi. Namun banyak yang salah
mengartikan. Akibatnya bukan
sehat yang didapat.
Riwayat menyebutkan Rasulullah
berbuka dengan rutab (kurma
yang lembek) sebelum shalat. Jika
tidak terdapat rutab, maka beliau
berbuka dengan tamr (kurma
kering). Jika tak ada tamr , beliau
meneguk air.
Pertanyaannya, apakah sama
antara kurma dengan makanan
yang manis-manis lainnya yang
biasa disantap saat berbuka
puasa? Pramono, ahli gizi dari
Banjarmasin, menegaskan, ini
tidak sama.
Kurma adalah karbohidrat
kompleks (complex
carbohydrate ). Sebaliknya, gula
yang terdapat dalam makanan
atau minuman manis yang biasa
kita konsumsi adalah karbohidrat
sederhana ( simple
carbohydrate ).
"Pendapat umum bahwa berbuka
puasa harus makan dan minum
yang manis seakan-akan adalah
sunnah Nabi. Sebenarnya tidak
demikian. Bahkan sebenarnya
berbuka puasa dengan makanan
manis-manis yang penuh dengan
gula (karbohidrat sederhana)
justru merusak kesehatan," jelas
Pramono.
Ketika berpuasa, kadar gula darah
kita menurun. Nah, jika kita makan
yang manis-manis, kadar gula
darah akan melonjak naik,
langsung. Menurut Pramono, hal
ini sangat tidak sehat.
Kurma, sebagaimana yang
dicontohkan Rasulullah, adalah
karbohidrat kompleks, bukan gula
(karbohidrat sederhana). Untuk
menjadi glikogen, karbohidrat
kompleks memerlukan perlu
proses yang lama. Dengan
demikian, kadar gula tidak
langsung membuat kadar gula
melonjak secara drastis.
Jadi, hati-hatilah memilih makanan
manis sebagai menu pembuka
puasa...

Minggu, 22 Juli 2012

Tidur Habis Sahur Sebaiknya Cukup 2 Jam Saja

detikcom - Jakarta, Karena dilakukan
saat tidur sedang nyenyak-
nyenyaknya, tak jarang orang kembali
tidur sehabis bersantap sahur.
Bahkan banyak pula yang kemudian
tidur sampai hari menjelang siang.
Agar efektif meningkatkan energi saat
puasa, tidur habis sahur sebaiknya
dilakukan selama 2 jam saja.
Tidur berfungsi untuk
mengistirahatkan dan
mengembalikan fungsi tubuh setelah
beraktifitas seharian. Agar badan
tetap sehat, umumnya orang
menghabiskan sepertiga waktunya
dalam sehari untuk tidur. Namun
lama waktu tidur ini bisa berrvariasi
pada setiap orang.
Umumnya orang memerlukan waktu
tidur selama 4 – 11 jam setiap hari,
tergantung pada kebiasaan dan
karakteristik genetiknya. Menurut
sebuah penelitian yang dilakukan di
Turki, 75 persen orang tidur selama 7
– 8 jam sehari. Namun ketika puasa
Ramadhan, lama waktu tidur ini
harus terputus oleh makan sahur.
“Gangguan tidur dapat dialami
selama bulan Ramadhan akibat jam
makan sahur yang terkadang
menyela waktu tidur. Agar badan
tetap energik, tidur 2 jam selepas
sahur sudah cukup bagi tubuh. Tidur
lebih lama akan memiliki efek negatif
pada kinerja tubuh di siang hari,” kata
dr Abdullah Özkardeş, spesialis
neurologi di Memorial Şişli Hospital,
Turki seperti dilansir Today’s Zaman ,
Minggu (22/7/2012).
Selain itu, makanan dan minuman
yang dikonsumsi selama Ramadhan
juga mempengaruhi perilaku tidur.
Menurut dr Abdullah, orang yang
mengkonsumsi banyak teh dan kopi
ketika berbuka puasa dan sahur
dengan harapan akan merasa energik
sepanjang hari justru akan sering
merasa lekas marah dan cemas.
Perubahan waktu makan karena
sahur dan buka puasa juga ikut
mempengaruhi pola tidur. Umumnya
orang membutuhkan waktu yang
lebih lama untuk jatuh tidur selama
bulan Ramadhan sehingga akan
mengurangi lama tidur secara
keseluruhan.
“Perubahan ini menyebabkan orang
terbangun dengan perasaan lelah.
Pada gilirannya, hal ini akan
menyebabkan kantuk dan
mengganggu konsentrasi di siang
hari. Penderita gangguan tidur
selama Ramadhan ini juga
mengeluhkan masalah yang sama
karena mengkonsumsi kopi dan teh
secara berlebihan,” kata dr Abdullah.
Oleh karena itu, dr Abdullah
menyarankan agar teh dan kopi
sebaiknya dikonsumsi sesedikit
mungkin ketika habis puasa. Untuk
mengurangi masalah tidur dan efek
negatifnya di bulan Ramadhan,
usahakan agar tetap tidur dengan
lama waktu yang sama seperti hari
biasa.
Berkurangnya lama waktu tidur atau
terjadinya perubahan pola tidur
dapat mempengaruhi fungsi tubuh
sehari-hari. Jika merasa lelah, mudah
marah, pelupa atau sulit konsentrasi,
bisa jadi gangguan ini disebabkan
oleh masalah tidur dan lapar.
“Jika memungkinkan, cobalah untuk
beristirahat dan bersantai sejenak
pada suatu waktu,”

Efek Negatif Susu Kedelai untuk Gigi

Metrotvnews.com: Penelitian yang
dilangsungkan di University of
Rochester's center for Oral Biology,
menyebutkan bahwa susu kedelai
berpotensi menyebabkan plak pada
gigi. Pasalnya menurut peneliti,
bakteri dalam mulut menghasilkan
asam lima kali lipat lebih banyak
ketika mengonsumsi susu kedelai.
Menurut salah seorang peneliti,
William Bowen, plak yang awalnya
terbentuk secara bersamaan akan
terakumulasi menjadi karang gigi
yang pada gilirannya akan
menyebabkan gigi berlubang.
Bowen mengatakan, mengonsumsi
segelas susu kedelai tidak akan
memberikan efek langsung kerusakan
gigi. Namun jika dikonsumsi setiap
hari, terutama pada bayi dan anak,
kerusakan gigi mungkin akan terjadi.
Hal yang senada juga dikatakan oleh
Eric Reynolds, dari Dental School of
the University of Melbourne in
Australia. Dalam penelitiannya dengan
mencampur bakteri streptokokus
mutans dalam susu, Reynolds
menyebutkan bahwa asam susu
kedelai bereaksi dengan lebih cepat,
yaitu 10 menit.
Meski mengandung lemak yang lebih
rendah dari susu sapi, ada baiknya
Anda tidak memberikan susu kedelai
setiap hari kepada anak Anda, karena
dikhawatirkan akan mengganggu
kesehatan organ mulutnya.

Sabtu, 21 Juli 2012

Tidak usah Dikupas, Kulit Apel Bisa Mencegah Kegemukan

detikcom - Jakarta, Saat makan apel,
kebanyakan orang akan mengupas
dan membuang kulitnya terlebih
dahulu. Padahal jika sudah dipastikan
bersih dan tidak tercemar zat
berbahaya, kulit apel sebaiknya ikut
dimakan karena bisa membantu
mencegah kegemukan.
Kulit apel bisa membantu
menurunkan berat badan karena
mengandung senyawa kimia yang
disebut ursolic acid. Dalam berbagai
penelitian sebelumnya, senyawa ini
lebih dikenal karena manfaatnya
dalam membantu pembentukan
massa otot dan meningkatkan
kekuatannya.
Kini, penelitian terbaru dari
University of Iowa membuktikan
bahwa ursolic acid tidak hanya
bermanfaat bagi otot tetapi juga bisa
mempengaruhi metabolisme lemak.
Selain meningkatkan pembakaran
lemak, senyawa ini juga
meningkatkan pembentukan lemak
baik.
"Karena otot sangat baik dalam
membakar kalori, maka peningkatan
massa otot cukup menjelaskan
mengapa kulit apel bisa
meningkatkan pembakaran lemak,"
kata sang peneliti, Prof Christoper
Adams seperti dikutip dari Science
Daily , Jumat (22/6/2012).
Penelitian yang hasilnya
dipublikasikan dalam junrla PLoS ONE
ini juga membuktikan bahwa ursolic
acid bisa meningkatkan kadar lemak
coklat atau lemak baik. Peningkatan
kadar lemak baik berhubungan
dengan pembakaran lemak jahat
yang lebih efisien.
Secara alami, manusia hanya
memiliki lemak coklat dalam kadar
banyak ketika masih bayi lalu
berkruang ketika tumbuh dewasa.
Konsumsi ursolic acid seperti yang
terkandung dalam kulit apel bisa
meningkatkan kembali kadar lemak
coklat yang menipis.
Sayangnya penelitian yang dilakukan
oleh Prof Adams ini baru dilakukan
pada tikus. Namun mengingat dalam
banyak hal tikus dan manusia punya
kemiripan sistem metabolisme, maka
hasilnya diyakini tidak akan jauh
berbeda jika diterapkan pada
manusia.

Lampu Hemat Energi Pancarkan Radiasi Berbahaya bagi Kulit

detikcom - Jakarta, Penggunaan
bohlam lampu pijar konvensional
saat ini sudah banyak digantikan oleh
lampu hemat energi. Selain
menghabiskan daya listrik yang lebih
rendah, lampu ini juga lebih terang
memancarkan cahaya. Namun, para
peneliti menemukan bahwa lampu
hemat energi memancarkan radiasi
Ultraviolet (UV) yang berbahaya.
Dalam istilah industri dan kelistrikan,
lampu hemat energi disebut juga
compact fluorescent light bulbs
(CFL). Sekelompok ilmuwan dari
Stony Brook’s Advanced Energy
Research and Technology Center
(AERTC) dan New York State Stem Cell
Science (NYSTEM) telah membuktikan
bahwa CFL memancarkan sinar
ultraviolet (UV) yang dapat
membahayakan sel-sel kulit manusia.
Pertama-tama, para peneliti membeli
CFL dari toko yang berbeda di 2
distrik yang berbeda. Sinar UV yang
dipancarkan oleh kedua lampu
kemudian diukur dan dibandingkan.
Sinar tampak menembus celah-celah
kecil di lapisan fosfor putih pada
bagian dalam kaca bohlam CFL.
Partikel-partikel fosfor bersinar
sebagai akibat dari reaksi elektrokimia
dalam bohlam.
Para ilmuwan kemudian mencatat
bahwa celah fosfor tersebut
ditemukan pada semua CFL yang
diteliti. Mereka juga menemukan
adanya UV yang dipancarkan dari
lampu dalam tingkat yang signifikan.
Sebuah jaringan sel kulit manusia
kemudian dipaparkan pada CFL dan
lampu pijar konvensonal dengan
kecerahan yang sama.
Selain itu, ditambahkan pula
nanopartikel titanium dioksida (TiO2)
pada beberapa sel kulit. Bahan kimia
ini umum digunakan dalam lotion
tabir surya untuk menyerap sinar UV.
"Penelitian kami menunjukkan bahwa
respon sel kulit sehat terhadap UV
yang dipancarkan dari lampu CFL
sama seperti kerusakan akibat radiasi
sinar ultraviolet. Kerusakan sel kulit
semakin meningkat ketika dosis
rendah nanopartikel TiO2 diberikan
ke sel-sel kulit sebelum terkena UV,"
kata peneliti, Miriam Rafailovich
seperti dilansir Examiner.com ,
Minggu (22/7/2012).
Para peneliti juga menemukan bahwa
cahaya lampu pijar konvensional
dengan intensitas yang sama tidak
akan merusak sel-sel kulit yang sehat,
baik dengan atau tanpa adanya TiO2.
Lampu pijar tersebut tidak
memancarkan radiasi UV dalam
jumlah yang signifikan.
Sebelumnya, sebuah penelitian yang
dilakukan Komisi Eropa bernama
Scientific Committee on Emerging
and Newly Identified Health Risks
(SCENIHR) di tahun 2008 telah
menemukan bahwa CFL
memancarkan radiasi UV. Temuan
Eropa ini merekomendasikan bahwa
paparan untuk jangka waktu yang
lama pada jarak pendek, yaitu kurang
dari 20 cm, sebaiknya ditetapkan
sebagai batas aman untuk
melindungi kulit dan kerusakan retina.
Laporan SCENHIR menyimpulkan
bahwa memasang selubung kaca
ekstra di sekitar lampu CFL dampak
menghilangkan risiko paparan sinar
UV. Pendapat ini juga disetujui oleh
para ilmuwan dari AERTC.
"Meskipun sangat menghemat energi,
konsumen harus berhati-hati saat
menggunakan CFL. Penelitian kami
menunjukkan bahwa pencegahan
terbaik adalah menghindari
penggunaannya pada jarak dekat dan
lebih aman lagi bila dipasangi kaca
penutup tambahan," pungkas
Rafailovich.