Rabu, 25 Juli 2012

Berbuka Dg Yang Manis Itu Merusak Kesehatan

JAKARTA, KOMPAS.com -
Berbukalah dengan yang manis,
sering disampaikan, bahkan ada
yang memandangnya ini sunnah
Nabi. Namun banyak yang salah
mengartikan. Akibatnya bukan
sehat yang didapat.
Riwayat menyebutkan Rasulullah
berbuka dengan rutab (kurma
yang lembek) sebelum shalat. Jika
tidak terdapat rutab, maka beliau
berbuka dengan tamr (kurma
kering). Jika tak ada tamr , beliau
meneguk air.
Pertanyaannya, apakah sama
antara kurma dengan makanan
yang manis-manis lainnya yang
biasa disantap saat berbuka
puasa? Pramono, ahli gizi dari
Banjarmasin, menegaskan, ini
tidak sama.
Kurma adalah karbohidrat
kompleks (complex
carbohydrate ). Sebaliknya, gula
yang terdapat dalam makanan
atau minuman manis yang biasa
kita konsumsi adalah karbohidrat
sederhana ( simple
carbohydrate ).
"Pendapat umum bahwa berbuka
puasa harus makan dan minum
yang manis seakan-akan adalah
sunnah Nabi. Sebenarnya tidak
demikian. Bahkan sebenarnya
berbuka puasa dengan makanan
manis-manis yang penuh dengan
gula (karbohidrat sederhana)
justru merusak kesehatan," jelas
Pramono.
Ketika berpuasa, kadar gula darah
kita menurun. Nah, jika kita makan
yang manis-manis, kadar gula
darah akan melonjak naik,
langsung. Menurut Pramono, hal
ini sangat tidak sehat.
Kurma, sebagaimana yang
dicontohkan Rasulullah, adalah
karbohidrat kompleks, bukan gula
(karbohidrat sederhana). Untuk
menjadi glikogen, karbohidrat
kompleks memerlukan perlu
proses yang lama. Dengan
demikian, kadar gula tidak
langsung membuat kadar gula
melonjak secara drastis.
Jadi, hati-hatilah memilih makanan
manis sebagai menu pembuka
puasa...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar